Awan. Dari dulu ia selalu berkelana dan berubah bentuk. Samudra
tak pernah tahu, apa yang sebenarnya sedang Awan cari. Awan tampak selalu asyik
melanglang buana. Samudra ingin Awan menetap. Samudra ingin mengajaknya bisa selalu
saling tatap bersama.
Tapi Awan tak bersyukur dengan apa yang Samudra perjuangkan.
Padahal Awan tahu, Samudra sedang berusaha meraihnya, dan untuk naik ke langit
itu tidak mudah. Samudra mesti menyusun strategi, sementara Awan ingin
buru-buru. Samudra pun mulai jengah dengan sikap Awan yang belakangan suka
mengeluh.
Awan juga mengungkit-ungkit cerita lamanya dengan Pelangi. Samudra
tidak suka Awan seperti itu, Samudra merasa lucu melihat Awan jadi penuh iri
dan cemburu. Yang ia tahu, Awan selalu bergembira sebelumnya.
Sikap Awan benar-benar tak menentu. Kadang ia memutih bagai
kapas, kadang menguning bagai emas saat diterpa matahari, dan ada masa Awan terlalu
keras pada dirinya sendiri. Samudra hanya ingin Awan menjadi dirinya sendiri. Samudra
ingin Awan tahu, ia pun ingin membahagiakan Awan. Dengan berbagai cara.
Samudra juga lelah berusaha memenuhi tuntutan sekeliling. Ikan-ikan
mengejeknya, Angin mendesaknya, Hujan mempertanyakannya. Samudra muak. Sementara
Awan semakin tak menentramkan. Samudra berpikir, ia tak mampu membuat Awan
bahagia. Awan justru semakin terpuruk ketika bersamanya. Maka ada baiknya ia
melepaskan Awan. Menyakitkan memang, melihat Awan tak mengerti dengan apa yang
sedang ia perjuangkan. Lama-kelamaan yang ada antara ia dan Awan hanya
kesalahpahaman. Mungkin benar juga, jarak mereka terlalu jauh hingga susah
memahami satu sama lain. Mungkin ia memang tidak tepat untuk Awan.
Samudra tidak ingin melihat Awan semakin menderita. Samudra tidak
tahan bila Awan semakin menghitam, sebab itu pertanda tangisannya akan segera
memenuhi bumi. Samudra paling tidak tahan melihat Awan menangis. Tetapi ia pun
tidak bisa berbuat apa-apa. Samudra bingung, hanya bisa mengamuk. Mengamuk pada
dirinya sendiri. Ia tak peduli lagi jika Awan memilih pergi.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMAn4dGOa0sdkgP0IV7-o6Yv1h6jX57ZyUqf_GQwoIv2EGW4llkgbw8lYxlIeO4CcBaabEEukCD0rd4ha_hCGTCduMDroyW4AmlHnUhXcslYBpOyKB_oq8aOxnFeDbk5MDhdslsRR8w9U/s1600/samudra%5B1%5D.jpg |
0 komentar: