Hi, Self!
Sorry jiddan belakangan jadi jarang cuap-cuap kat sini, lagi deadline makalah, paper seminar Nasional, dan beberapa tugas kantor. Kantor?? eheheh. Apa saya belum cerita? Tentang pengangkatan pejabat struktural Pasca? Ah, sudahlah. Itu tak terlalu penting.
Let's talk about Home Sweet Home first.
Rasulullah SAW bersabda, “Ada empat perkara yang termasuk dari kebahagiaan: istri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan ada empat perkara yang termasuk dari kesengsaraan; tetangga yang jelek, istri yang jahat (tidak shalihah), tunggangan yang jelek, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban, hadits ini dishahihkan asy-Syaikh Muqbil rahimahullah dalam kitab beliau ash-Shahihul Musnad Mimma Laysa fish- Shahihain 1/277)
OK, this is the story. After saying goodbye to Ayuk, and all neighborhood *except one, I and Hujan move to a new rent house. Using Satpam's car :D *Thanks a lot for the help, Bapak2 Satpam!
As our Prophet Muhammad SAW said, we must choose the neighbor before choosing a home. So I ask Ibuk kost who are my right and left neighbors. Apparently newlyweds! The right one, a nurse in Rumah Sakit Islam and her husband. Then the left one are Batakneese.
After clean up the house, Dzuhur time, Hujan ask the Kiblat to the neighbor, then we just know that our neighbor is non muslim. :) I think this will be interesting once it seems! I will learn a lot about "kerukunan umat beragama dan kehidupan berumah tangga."
I just remember Kisah Rasulullah dan Aisyah ra ketika mengkritik Aishay yang tak memberikan masakan daging kambing pada tetangga lantaran Yahudi. Rasul said: "Kirimilah! Walaupun Yahudi, ia adalah tetangga kita,". That is my Prophet ethics to the neighbor, how can I do not love him? *berkaca2. Our Rasul forbid his wife to "memilih-milih dan memilah-milah tetangga berdasarkan latar belakang agamanya."
Besides, there are some reasons why I chose this house:
1. Bersih. Pertama kali masuk rumah agak bau apak sih, karena cat nya masih baru. Namun yang penting adalah, ga ada marmer retak, kayu keropos, dll yang bikin kaki luka atau serangga merajalela. Cat depan warna maroon, cat dalam is greeny. And after we clean it up, hmm... bahkan WC nya sekelas hotel Bumiminang. Meskipun disamping rumah ada jalan, yang mana di samping jalan itu ada tempat pembuangan sampah massal, tapi yang penting lingkungan rumah rapi. --> soal pembuangan sampah tepi jalan, apa saya mesti bilang pak RT ya?
2. Strategis. It's nearest to tampek makan (Mami's kedai), counter, retailer shop, and the most important thing: Masjid. Though Ramadhan I will go home, but at least I am happy that Hujan can Shalat Tarawih berjamaah there.
3. Plants. Our rent house is full of cactus. Kaktus is cactus, isn't it? Named: Sky, Maroon, Kindi, Haytsam, Rumi, and Princess. Later I will post their photos. They are so cute! Sky made us contemplate that plant is also not perfect. Sky has an attractive flower but leafless, while maroon has long leave but not flowering.
Semacam analogi tentang pasangan hidup ya? Saling melengkapi.
hahaha.
Pas banget kemarin ini saya baca Salim A. Fillah;
Karena disini tempat saya selfie selfie. hihihi.
Sebenarnya, awalnya mau manggil partner. Tapi jangan ah, itu panggilan buat seseorang. Seseorang yang...
ah sudahlah, ga asyik cerita tentang dia! Mending bahas Seminar Nasional?
Oya. Sore ini kita rapat! Kabarnya kuota sudah memenuhi target dan sekarang seksi konsumsi sedang pusing mikirin biaya lunch, snack, etc. Seksi perlangkapan sedang riweuh dengan Seminar Kit. Dan saya?
Saya lagi curhat sama kamu, Self!
Habisnya, meskipun kata kata itu ada benarnya juga "Jika tak da bahu tempat bersandar, masih ada lantai untuk bersujud." Tapi 'kan kita butuh teman di dunia ini untuk berbagi bathin? Ya kan ya, Self?
Tadi saja saya sampai curhat brutal di Facebook:
Memalukan yah? Tak berani lagi I nak tengok FB tu -______-"
Suddenly...
I miss my home sweet home, Self :'(
Baitii Jannatii. Yang tak pernah sepi dari lantunan Qur'an. Kangen Papa dengan petatah petitih bijaksananya, kangen Ummi yang master Qiroati, kangen adik-adik juga yang kemarin nelfon bangga hafalan udah pada nambah (modus sih, ujug2 minta kado).
Rindu Shalat berjamaah Maghrib, rindu musyawarah keluarga Ba'da Maghrib, rindu tawa lepas semuanya...
Rahmi called me yesterday, we told a lot about our family Today. Some grows old, everybody's changing.
Udah ah. Males mellow-mellow.
This Ramadhan I should go back home. No excuse!
Eh, nanggung banget ini yang mau rapat katanya Ba'da Ashar aja. Mau nulis tipe my home sweet home in the future dulu ah. Bukan kuburan maksudnya, rumah beneran, kuburan itu mah lain bahasan nanti.
1. Rumah kayu. Saya suka warna kayu, simpel dan elegan. Keliatannya juga sederhana, jauh dari kesan mewah. Pengalaman dulu pernah tinggal di rumah kayu, kalau gempa asyik, kita cuma diayun. Beda dengan rumah tembok yang bikin terhempas. Kalau anak-anak jatuh, juga ga terlalu sakit. Soalnya banyak nan memprediksi anak-anak saya nantinya bakal super aktif. Wallaahu a'lam. Xixixi.
2. Pustaka Pribadi. This is important thing! Buku-bukunya udah saya kumpulkan dari sekarang. Total yang di Bogor terakhir 243, yang di Padang lupa tapi ada lah sekitar 300 an. Setidaknya 1000 buku muat di kamar tidur, selebihnya bisa ditaruh di ruang kerja atau buat ruangan tersendiri kali ya? *suami mana suami, mau minta pertimbangan nih :D
3. Rumah Pohon. Ini keinginan masa kecil yang sampai sekarang belum kesampaian juga. Sejak papa perombak rumah kayu kami yang dua tingkat dan mengubahnya jadi rumah beton berbentuk trapesium, ga ada lagi lahan untuk rumah pohon. Kata Papa nanti kalau duit proyek bisa dihijaukan lagi sih, *tapi itu proyek rumah belum selesai-selesai juga ^^
4. Aliran air. Entah kita mesti bikin rumah di tepi sungai, atau buat kolam kecil di dalam ruangan, yang penting ada suara gemericik air. Ini juga supaya kita mudah murajaah hafalan Quran. Tau kan, mengapa pesantren Tahfidz itu biasanya di daerah terpencil? Supaya lebih khusyu', dekat dengan lam membuat kita rajin berkontemplasi. Lagipula saya sudah capek dengan kesibukan Ibukota. Jika Allah SWT mengabulkan, kelak jika berumah tangga, saya ingin lebih banyak bekerja dari rumah saja. Menulis, Freelance translator, Meneliti, banyak hal yang bisa dilakukan, dari rumah kita bisa mengubah dunia, girls! Makanya silakan orang berprasangka saya wanita karir lah, saya idealis lah, saya anti menikah lah, yang penting bagi saya semua yang dicari sekarang adalah bekal ilmu yang kelak akan mempermudah tugas saya sebagai Mar'ah Salehah, Zawjah Muthiah, dan Ummul Madrasah. *ceilaa Self! diaminin dong! Aamin ya Rabbal 'aalamiin.
I love it. Halamannya luas.
At least but not the last.. Baitii Jannatii, keluarga ceria, sakinah mawaddah warahmah.
Rabbanaa hablanaa min azwajina wa dzurriyyatina qurrata a'yun waj'alna lil muttaqiina imama. Aamiin.
NB: Oyaaaa a good news this week is....
Hujan bought me a new Zara bag! Cool, isn't it?
Sorry jiddan belakangan jadi jarang cuap-cuap kat sini, lagi deadline makalah, paper seminar Nasional, dan beberapa tugas kantor. Kantor?? eheheh. Apa saya belum cerita? Tentang pengangkatan pejabat struktural Pasca? Ah, sudahlah. Itu tak terlalu penting.
Let's talk about Home Sweet Home first.
Rasulullah SAW bersabda, “Ada empat perkara yang termasuk dari kebahagiaan: istri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan ada empat perkara yang termasuk dari kesengsaraan; tetangga yang jelek, istri yang jahat (tidak shalihah), tunggangan yang jelek, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban, hadits ini dishahihkan asy-Syaikh Muqbil rahimahullah dalam kitab beliau ash-Shahihul Musnad Mimma Laysa fish- Shahihain 1/277)
OK, this is the story. After saying goodbye to Ayuk, and all neighborhood *except one, I and Hujan move to a new rent house. Using Satpam's car :D *Thanks a lot for the help, Bapak2 Satpam!
As our Prophet Muhammad SAW said, we must choose the neighbor before choosing a home. So I ask Ibuk kost who are my right and left neighbors. Apparently newlyweds! The right one, a nurse in Rumah Sakit Islam and her husband. Then the left one are Batakneese.
After clean up the house, Dzuhur time, Hujan ask the Kiblat to the neighbor, then we just know that our neighbor is non muslim. :) I think this will be interesting once it seems! I will learn a lot about "kerukunan umat beragama dan kehidupan berumah tangga."
I just remember Kisah Rasulullah dan Aisyah ra ketika mengkritik Aishay yang tak memberikan masakan daging kambing pada tetangga lantaran Yahudi. Rasul said: "Kirimilah! Walaupun Yahudi, ia adalah tetangga kita,". That is my Prophet ethics to the neighbor, how can I do not love him? *berkaca2. Our Rasul forbid his wife to "memilih-milih dan memilah-milah tetangga berdasarkan latar belakang agamanya."
Besides, there are some reasons why I chose this house:
1. Bersih. Pertama kali masuk rumah agak bau apak sih, karena cat nya masih baru. Namun yang penting adalah, ga ada marmer retak, kayu keropos, dll yang bikin kaki luka atau serangga merajalela. Cat depan warna maroon, cat dalam is greeny. And after we clean it up, hmm... bahkan WC nya sekelas hotel Bumiminang. Meskipun disamping rumah ada jalan, yang mana di samping jalan itu ada tempat pembuangan sampah massal, tapi yang penting lingkungan rumah rapi. --> soal pembuangan sampah tepi jalan, apa saya mesti bilang pak RT ya?
2. Strategis. It's nearest to tampek makan (Mami's kedai), counter, retailer shop, and the most important thing: Masjid. Though Ramadhan I will go home, but at least I am happy that Hujan can Shalat Tarawih berjamaah there.
3. Plants. Our rent house is full of cactus. Kaktus is cactus, isn't it? Named: Sky, Maroon, Kindi, Haytsam, Rumi, and Princess. Later I will post their photos. They are so cute! Sky made us contemplate that plant is also not perfect. Sky has an attractive flower but leafless, while maroon has long leave but not flowering.
Semacam analogi tentang pasangan hidup ya? Saling melengkapi.
hahaha.
Pas banget kemarin ini saya baca Salim A. Fillah;
Ujug2 bahasan kita kesana lagi ya, Self! Kenapa saya memanggilmu Self?"Min anfusikum" (Q.S Ar Ruum: 21), indah sekali kalimat ini. Sebab sungguh kesejiwaan adalah asas bagi segala keberpaduan. Ruh-ruh yang saling mengenal dalam sandi iman, akan mudah bersepakat dalam segala urusan. Ketika dua hati sama dalam cara pandang dan sikap terhadap Pencipta, alam raya, sesama, dan dunia serta akhiratnya, maka jauh lebih mudah bagi mereka membangun ikatan cinta. Di lapis-lapis keberkahan, rumus keberpasangan mereka mungkin berbeda-beda. Ada dua arus sungai yang bertemu, bergabung mengalir jadi satu. Ialah kesamaan. Ada juga panas menggelegak bertemu dingin membekukan, menjadi hangat yang syahdu. Ialah keseimbangan. Ada lautan tenang teduh yang berjumpa angin menderu; menjadi badai yang dahsyat. Itulah kegenapan. Mereka berbeda. Tapi satu hal tetap sama; kesejiwaan. Bahwa mereka sama-sama taat dan menghamba pada Allah, Ilah yang satu." #Hal 427 klo ga salah
Karena disini tempat saya selfie selfie. hihihi.
Sebenarnya, awalnya mau manggil partner. Tapi jangan ah, itu panggilan buat seseorang. Seseorang yang...
ah sudahlah, ga asyik cerita tentang dia! Mending bahas Seminar Nasional?
Oya. Sore ini kita rapat! Kabarnya kuota sudah memenuhi target dan sekarang seksi konsumsi sedang pusing mikirin biaya lunch, snack, etc. Seksi perlangkapan sedang riweuh dengan Seminar Kit. Dan saya?
Saya lagi curhat sama kamu, Self!
Habisnya, meskipun kata kata itu ada benarnya juga "Jika tak da bahu tempat bersandar, masih ada lantai untuk bersujud." Tapi 'kan kita butuh teman di dunia ini untuk berbagi bathin? Ya kan ya, Self?
Tadi saja saya sampai curhat brutal di Facebook:
Memalukan yah? Tak berani lagi I nak tengok FB tu -______-"
Suddenly...
I miss my home sweet home, Self :'(
Baitii Jannatii. Yang tak pernah sepi dari lantunan Qur'an. Kangen Papa dengan petatah petitih bijaksananya, kangen Ummi yang master Qiroati, kangen adik-adik juga yang kemarin nelfon bangga hafalan udah pada nambah (modus sih, ujug2 minta kado).
Rindu Shalat berjamaah Maghrib, rindu musyawarah keluarga Ba'da Maghrib, rindu tawa lepas semuanya...
Rahmi called me yesterday, we told a lot about our family Today. Some grows old, everybody's changing.
Udah ah. Males mellow-mellow.
This Ramadhan I should go back home. No excuse!
Eh, nanggung banget ini yang mau rapat katanya Ba'da Ashar aja. Mau nulis tipe my home sweet home in the future dulu ah. Bukan kuburan maksudnya, rumah beneran, kuburan itu mah lain bahasan nanti.
1. Rumah kayu. Saya suka warna kayu, simpel dan elegan. Keliatannya juga sederhana, jauh dari kesan mewah. Pengalaman dulu pernah tinggal di rumah kayu, kalau gempa asyik, kita cuma diayun. Beda dengan rumah tembok yang bikin terhempas. Kalau anak-anak jatuh, juga ga terlalu sakit. Soalnya banyak nan memprediksi anak-anak saya nantinya bakal super aktif. Wallaahu a'lam. Xixixi.
2. Pustaka Pribadi. This is important thing! Buku-bukunya udah saya kumpulkan dari sekarang. Total yang di Bogor terakhir 243, yang di Padang lupa tapi ada lah sekitar 300 an. Setidaknya 1000 buku muat di kamar tidur, selebihnya bisa ditaruh di ruang kerja atau buat ruangan tersendiri kali ya? *suami mana suami, mau minta pertimbangan nih :D
3. Rumah Pohon. Ini keinginan masa kecil yang sampai sekarang belum kesampaian juga. Sejak papa perombak rumah kayu kami yang dua tingkat dan mengubahnya jadi rumah beton berbentuk trapesium, ga ada lagi lahan untuk rumah pohon. Kata Papa nanti kalau duit proyek bisa dihijaukan lagi sih, *tapi itu proyek rumah belum selesai-selesai juga ^^
4. Aliran air. Entah kita mesti bikin rumah di tepi sungai, atau buat kolam kecil di dalam ruangan, yang penting ada suara gemericik air. Ini juga supaya kita mudah murajaah hafalan Quran. Tau kan, mengapa pesantren Tahfidz itu biasanya di daerah terpencil? Supaya lebih khusyu', dekat dengan lam membuat kita rajin berkontemplasi. Lagipula saya sudah capek dengan kesibukan Ibukota. Jika Allah SWT mengabulkan, kelak jika berumah tangga, saya ingin lebih banyak bekerja dari rumah saja. Menulis, Freelance translator, Meneliti, banyak hal yang bisa dilakukan, dari rumah kita bisa mengubah dunia, girls! Makanya silakan orang berprasangka saya wanita karir lah, saya idealis lah, saya anti menikah lah, yang penting bagi saya semua yang dicari sekarang adalah bekal ilmu yang kelak akan mempermudah tugas saya sebagai Mar'ah Salehah, Zawjah Muthiah, dan Ummul Madrasah. *ceilaa Self! diaminin dong! Aamin ya Rabbal 'aalamiin.
I love it. Halamannya luas.
At least but not the last.. Baitii Jannatii, keluarga ceria, sakinah mawaddah warahmah.
Rabbanaa hablanaa min azwajina wa dzurriyyatina qurrata a'yun waj'alna lil muttaqiina imama. Aamiin.
NB: Oyaaaa a good news this week is....
Hujan bought me a new Zara bag! Cool, isn't it?
0 komentar: