July 23, 2012 at 6:49pm
Berhubung
jadwal berakhirnya pendaftaran Wisuda makin dekat dan salah satu
persyaratan nya adalah mencukupi Point SAPS (Student Activities
Performance System), mulailah terjadi banyak manipulasi sertifikat.
Kasus manipulasinya cukup beragam. Ada yang berdalih 'daruroh' karena
kesempatan untuk berkegiatan tidak ada lagi sedangkan waktu mendesak.
Ada yang memang pernah ikut banyak kegiatan dahulunya namun tidak
mendapatkan bukti-bukti berupa piagam, SK, maupun sertifikat. Sehingga
"terpaksa" meng-copy sertifikat teman dan mengedit namanya. Untuk kasus
yang pertama jelas salah karena berdusta: tidak pernah ikut kegiatan,
tapi mencoba mereka-reka bukti aktif berkegiatan. Untuk kasus yang kedua
masih di wilayah abu-abu. Jika dianalogikan, ini sama dengan
persyaratan pengalaman kerja satu tahun, dimana akhirnya si Bos
perusahaan terdahulu 'berlapang hati' menandatangani bukti pengalaman
kerja meski sang karyawan hanya pernah berdomisili di perusahaannya
selama 5 bulan. Ini kasus abu-abu yang melahirkan opini abu-abu pula.
Ada yang sepakat, (toh ini kiranya daruroh, lagipula salah birokrasi,
instansi sendiri ngasih aturan macam-macam. Aturan bikinan manusia kan
ga mutlak benar.) Ada yang malah menyalahkan orang yang menyalahkan
(Lebay sekali, kalaupun itu dosa 'kan hanya dosa kecil, kata mereka).
Jadi yang dianggap "dosa" itu adalah dosa-dosa besar seperti pembunuhan,
zina, korupsi, dll. Sedangkan manipulasi sertifikat, pemalsuan
tandatangan, pemalsuan ijazah, bahkan IPK misalnya, itu hanya debu-debu
dosa yang akan hilang sendirinya kelak. Zaman sekarang tidak ada yang
selesai kalau hidup lurus-lurus saja. Kata adek saya nih ya, "iduik jaan luruih-luruih tabuang" (lha, memangnya tabung itu lurus yah? :)..
Eh tapi, lanjut adek saya yang polos, bukankah kelak dengan ijazah palsu-sertifikat palsu-tandatangan palsu dan IPK palsu itu pula mereka akan mencari pekerjaan? Lalu, dengan pekerjaan itu pula mereka memberi makan anak dan istri? Pantas saja anak-anak sekarang suka membohongi diri sendiri. Dari SD sudah mulai mencontek, mengkorupsi buah pemikiran orang lain. SMP 'mengompas', SMA korupsi tugas. Kuliah titip absen, padahal asyik nongkrong di kafe. Setelah itu ada yang jadi Pegawai misalnya, datang pas apel pagi, pulang se-dini-nya hari… kemudian ketika ada berita pejabat ini korupsi itu, pejabat itu korupsi ini, menggeram-geram seolah-olah 'bersih' sendiri.
Lain kata adek saya, lain pula kata 'sanak' saya:
"Kalau awak hidup di aia karuah, ndak mungkin bisa awak barasiah surang do.. kalau nio maliang jo, cubolah asa urang ndak ado nan kahilangan. Awak harus cadiak tapi pandai"
# Sebenarnya khusus untuk SAPS tadi, apa peraturannya yang harus diubah? Entahlah. Abu-abu. Si Saya sendiri memilih kali ini tidak beropini dan banyak-banyak beristighfar saja^_^. Saya hanya jadi teringat dan ingin memaparkan kisah seorang pemuda yang hanya berniat untuk beristirahat di bawah pohon lalu kejatuhan buah delima. Ditengah-tengah padang luas dan cuaca yang terik, tentu sangat menyenangkan memakan buah delima yang jatuh tanpa sengaja. Ibarat mendapat durian runtuh karena sudah lama kehausan, si pemuda memandang-mandang delima dalam genggaman. Setelah habis delima dimakan, dia pun tersentak dan teringat bahwa delima itu bukan haknya. Maka dia segera bergegas mencari si pemilik pohon delima. Ya! Meski hanya satu delima yang tak akan diributkan bahkan dipertanyakan!
Setelah jauh berjalan, si pemuda menemukan rumah bapak pemilik delima. Sang bapak terkesima dengan kejujuran si pemuda yang meminta maaf karna memakan buah delimanya, lalu memberinya satu syarat.
"Wahai pengelana, sungguh bahagia menemui orang yang jujur sepertimu. Sesungguhnya saya mempunyai seorang anak gadis yang lumpuh, bisu, buta, dan tuli. Namun dalam pandangan saya, dia adalah perempuan yang shalihah, yang tidak pernah durhaka kepada orang tua, dan menjaga diri dari hal-hal yang diharamkanNya. Maukah engkau menikahi anak gadis ku itu?"
Si pemuda lurus pun menatap mata sang bapak yang begitu tulus. Lalu tanpa ragu lagi dia mengiyakan tawaran tersebut.
sang bapak pun mempersilakan si pemuda melihat calon istrinya yang sedang asyik merenda.
dag-dig-dug
Wes wes wes……………………………
Alangkah terkejutnya si pemuda, rupa-rupanya dia seorang gadis yang begitu cantik dan anggun, tidak lumpuh, buta, maupun tuli! Si pemuda "protes" kepada sang bapak. Dengan tersenyum simpul sang bapak menjawab:
"Bukankah perkataanku benar? Dia merupakan seseorang yang lumpuh tak mampu melangkah ke jalan maksiat, yang buta terhadap dunia, dan tuli untuk mendengar percakapan sia-sia dan diharamkanNya…….."
Menikahlah si pemuda tadi dengan anak pemilik delima. kelak dari pernikahan itu lahir seorang anak shaleh teladan, yang bahkan pada umur 6 tahun telah hafal Qur'an. Tak lain dan tak bukan ialah Imam Syafi'i...
Prikitiew..…. Begitulah sodara… kejujuran ibarat permata yang tumbuh dalam cangkang hati. Meski tersuruk, begitu berharga… karena hanya kita sendiri yang mampu meraba nurani. Kejujuran membuat jalannya sendiri ketika pergi, sedangkan ketidakjujuran harus mencari-cari jalan-jalan kecil dan berliku-liku. Instan, namun melahirkan rantai panjang kemaksiatan. . .
Eh tapi, lanjut adek saya yang polos, bukankah kelak dengan ijazah palsu-sertifikat palsu-tandatangan palsu dan IPK palsu itu pula mereka akan mencari pekerjaan? Lalu, dengan pekerjaan itu pula mereka memberi makan anak dan istri? Pantas saja anak-anak sekarang suka membohongi diri sendiri. Dari SD sudah mulai mencontek, mengkorupsi buah pemikiran orang lain. SMP 'mengompas', SMA korupsi tugas. Kuliah titip absen, padahal asyik nongkrong di kafe. Setelah itu ada yang jadi Pegawai misalnya, datang pas apel pagi, pulang se-dini-nya hari… kemudian ketika ada berita pejabat ini korupsi itu, pejabat itu korupsi ini, menggeram-geram seolah-olah 'bersih' sendiri.
Lain kata adek saya, lain pula kata 'sanak' saya:
"Kalau awak hidup di aia karuah, ndak mungkin bisa awak barasiah surang do.. kalau nio maliang jo, cubolah asa urang ndak ado nan kahilangan. Awak harus cadiak tapi pandai"
# Sebenarnya khusus untuk SAPS tadi, apa peraturannya yang harus diubah? Entahlah. Abu-abu. Si Saya sendiri memilih kali ini tidak beropini dan banyak-banyak beristighfar saja^_^. Saya hanya jadi teringat dan ingin memaparkan kisah seorang pemuda yang hanya berniat untuk beristirahat di bawah pohon lalu kejatuhan buah delima. Ditengah-tengah padang luas dan cuaca yang terik, tentu sangat menyenangkan memakan buah delima yang jatuh tanpa sengaja. Ibarat mendapat durian runtuh karena sudah lama kehausan, si pemuda memandang-mandang delima dalam genggaman. Setelah habis delima dimakan, dia pun tersentak dan teringat bahwa delima itu bukan haknya. Maka dia segera bergegas mencari si pemilik pohon delima. Ya! Meski hanya satu delima yang tak akan diributkan bahkan dipertanyakan!
Setelah jauh berjalan, si pemuda menemukan rumah bapak pemilik delima. Sang bapak terkesima dengan kejujuran si pemuda yang meminta maaf karna memakan buah delimanya, lalu memberinya satu syarat.
"Wahai pengelana, sungguh bahagia menemui orang yang jujur sepertimu. Sesungguhnya saya mempunyai seorang anak gadis yang lumpuh, bisu, buta, dan tuli. Namun dalam pandangan saya, dia adalah perempuan yang shalihah, yang tidak pernah durhaka kepada orang tua, dan menjaga diri dari hal-hal yang diharamkanNya. Maukah engkau menikahi anak gadis ku itu?"
Si pemuda lurus pun menatap mata sang bapak yang begitu tulus. Lalu tanpa ragu lagi dia mengiyakan tawaran tersebut.
sang bapak pun mempersilakan si pemuda melihat calon istrinya yang sedang asyik merenda.
dag-dig-dug
Wes wes wes……………………………
Alangkah terkejutnya si pemuda, rupa-rupanya dia seorang gadis yang begitu cantik dan anggun, tidak lumpuh, buta, maupun tuli! Si pemuda "protes" kepada sang bapak. Dengan tersenyum simpul sang bapak menjawab:
"Bukankah perkataanku benar? Dia merupakan seseorang yang lumpuh tak mampu melangkah ke jalan maksiat, yang buta terhadap dunia, dan tuli untuk mendengar percakapan sia-sia dan diharamkanNya…….."
Menikahlah si pemuda tadi dengan anak pemilik delima. kelak dari pernikahan itu lahir seorang anak shaleh teladan, yang bahkan pada umur 6 tahun telah hafal Qur'an. Tak lain dan tak bukan ialah Imam Syafi'i...
Prikitiew..…. Begitulah sodara… kejujuran ibarat permata yang tumbuh dalam cangkang hati. Meski tersuruk, begitu berharga… karena hanya kita sendiri yang mampu meraba nurani. Kejujuran membuat jalannya sendiri ketika pergi, sedangkan ketidakjujuran harus mencari-cari jalan-jalan kecil dan berliku-liku. Instan, namun melahirkan rantai panjang kemaksiatan. . .
0 komentar: