Disaat intuisi mati rasa dan tingkah tak lagi terbaca, tiba-tiba dapat SMS dari Buya:
"jangan biarkan hati dan pikiran Rima dikuasai oleh mereka yang tidak
tertawan hati dan pikirannya kepada Allah SWT"
"Sepanjang
hidup kita masih terbelenggu dengan perintah keinginan diri sendiri, selama
itulah arah kehidupan kita hanya dibawah bayang-bayang ketidakpastian.
Belajarlah untuk hidup di bawah kendali Allah karena pemilik kehidupan itu
hanya Allah, kita hanya menjalani kehidupan sesuai dengan iradah Allah"
Seperti biasa kucerna SMS Buya dalam tarikan nafas perlahan dan berpikir lama untuk membalas, hingga...
"Bagimana
dengan kekuatan doa yang mengubah takdir, buya?"
"Perbuatan
yang akan mengubah takdir, doa adalah mesin penggerak, sopirnya kita.
Analoginya, motor dan mesin adalah doa, pengemudinya adalah kita."
"Terkadang
saya merasa apa yang saya lakukan sudah sesuai dengan seharusnya. Bolehkah kita
berkeinginan agar seseorang kembali pada kita, buya? Seperti kisahnya Yusuf dan
Zulaikha?"
"Boleh,
tapi sebaiknya percayakan pada Allah, jangan percayakan pada keinginan."
###
"Ada
beberapa indikator seseorang disebut sebagai sufi: 1. Baginya datang dan
perginya sesuatu sama saja. 2). Dipuji dan dikritik tidak berpengaruh. Apalagi,
Buya?"
"Mereka
para sufi menganggap sama, kebahagiaan dan penderitaan adalah suatu kenikmatan
yang patut disyukuri, kerena, setiap yang hadir dalam kehidupan kita, itu
adalah suatu bentuk bahwa Allah sedang memperhatikan kita. Bagi kaum sufi,
kehidupan ini milik Allah, kita hanya menjalani kehidupan sesuai dengan
kehendak Allah, bukan kehendak kita. Segala sesuatu yang berasal dari keinginan
kita, adalah jalan kesengsaraan, sedangkan yang berasal dari kehendak Allah
adalah suatu kenikmatan."
Bermohonlah
pada Allah agar hidup kita selalu dikendalikan oleh kehendak Allah, bukan
dikendalikan keinginan kita"
"Bagaimana
kita tahu, kita telah dikendalikan oleh keinginan kita ataukah itu memang
petunjuk dari Allah? Terkadang ada hal-hal yang samar, perasaan tidak jelas,
entah ini was-was, entah ini memang hal yang seharusnya dilakukan."
"Ketakutan
tidak tercapainya hasrat untuk mendapatkan keinginan dunia, atau takut tidak
terwujudnya target yang dicintais atau yang diidamkan selain Allah, adalah
bentuk keinginan kita. Ketika hati tidak berharap atas hal-hal tersebut dan
yang menjadi harapan adalah ingin dicintai Allah, tentu kita harus
mempersiapkan syarat-syaratnya, intinya Allah nomor 1, selain Allah itu urusan
Allah, bukan urusan kita."
0 komentar: