July 5, 2013 at 9:41pm
Sebanyak
apapun makanan terhidang di meja, sekeren apapun tampilannya, semerbak
apa pun baunya, jika tak menggugah hati, tetap saja tidak berselera
mencicipi.
Si gadis belakangan ini 'dipaksa' makan oleh kawan - kawannya. Apa pasal? ow-ow, rupanya dia tak mau makan. Penyebabnya entah apa, si Gadis tak mau cerita. Yang jelas dia tak lagi menyentuh makanan. Hanya minum air putih, madu, atau habatussauda.
Orang tuanya prihatin. Bagaimana tidak? Badan sudah semakin kurus, jalan jadi sempoyongan begitu, masih juga Gadis tak mau makan. Apa susahnya makan? Tinggal memasukkan makanan kedalam mulut!
Yaa, tapi itulah si Gadis. Keras hati dia memang. Kokoh prinsipnya bagai baja. Meski disuguh - suguhi makanan di depan hidung, dia tak bergeming.
Teman - temannya jadi su'ujhon (logat Sunda)
"kamu ini kenapa? Apa karena kamu pernah tertusuk tulang ikan?"
"atau kemarin ini kamu tersedak sambal?"
"barangkali kamu alergi makanan, tapi 'kan tidak semua makanan mengadung zat yang bikin kamu alergi!"
Si gadis hanya angkat bahu.
Dia sebenarnya tak sampai membenci makanan. Hanya saja, ya, hanya saja sedang tak berselera dengan masakan manapun. Pernah dia ditawari masakan Minang sama temannya, bukannya sok tak mau mencicipi masakan kampung, tapi dia sudah tahu rasanya. Itu sungguh - sungguh pedas, kawan! Dan gadis tak cocok dengan makanan bersantan. Mukanya yang memang kelebihan minyak jadi berjerawat kalau makan itu.
Lalu dia pun ditawari entah masakan Sunda, entah Jawa. Yang rasanya manis, bahkan sambalnya pun manis! Itu tak cocok di lidah si Gadis ini.. Itu terlalu manis, kawan.. Yang terlalu - terlalu itu biasanya lama - lama membosankan.
Ada juga masakan Luar negri. Beef - beef apaaa gitu. Hanya orang - orang tertentu saja yang bisa memakannya. Atau hanya orang - orang tertentu saja yang "pura - pura suka" memakannya. Tetap saja Gadis bertampang 'meh' ketika ditanyai pendapat.
Ndilalah ketika suatu kali Gadis menatap lamaaa makanan di etalase itu, teman - temannya berbahagia!
Makanan itu memang agak beda dari yang lain. Dibilang terlalu mencolok warnanya, tidak juga. Cuma, ya.. Ng.. Kesannya elegan. Susah digambarkan lah ini. Yang jelas, baru kali itu si Gadis "melirik" makanan dengan tatapan seolah - olah jatuh cinta pada pandangan pertama [emangnya gimana sih jatuh cinta pada bla .. bla.. bla.. itu ??]
Yang bikin teman - temannya senyum - senyum berkepanjangan dan merasa 'mendapat angin' adalah,,, pertanyaan pertama yang keluar dari mulut si Gadis setelah melirik makanan itu!
"ng … eh, itu makanan apa ya namanya?"
Teman - temannya langsung 'berpromosi ria'.
A: "Pokoknya itu makanan memang unik Dis! Cocok Dis sama kamu, cocok!"
B: "eh, tapi mahal tidak ya?"
C menyikut B: "Aah .. Berapapun duit, kita urunan deh Diis.. Urunaan..yang penting kamu mau makan Dis, ya? Sejujurnya akuh pun naksir makanan itu, tapi yah, asal kamu mau makan, qu relain deh Dis!"
Gadis terdiam. Dalam hati dia sungguh kasian melihat teman - temannya yang terlalu bersemangat.
Tapi ya, dilain sisi, hatinya tergiur juga melihat makanan itu. Dibilang mewah, tidak juga, tampilannya bersahaja malah. Dibilang banyak corak, hmm, warnanya justru misterius. Perpaduan warna - warna lembut dan cerah. Gawatnya, aromanya itu lho .. tercium dari jarak sekian! Sungguh mempesona.
Melihat Gadis yang diam saja, teman - temanya kembali mengompori.
"hayo Dis, tunggu apalagi? Sudahlah Dis, jangan keras hati begini, tampangmu sudah kayak orang penyakitan!"
"iya nih Neng Gadis, tak baik itu juga makanan dianggurin berlama - lama. Mending langsung kita tanya penjualnya saja yuk berapa harganya .."
Bersemangat mereka menuju etalase toko.
"Eh.. Ja… jangan!" Gadis menarik baju teman - temannya.
"Tunggu dulu, teman - teman. Kalau penjualnya tak mau menjual gimana?"
"Ah, kamu ini Dis! Terlalu banyak mikir!" teman A mulai kesal.
Bukan begitu, kawan - kawan …. Begini. Meski makanan itu telah sampai di depan mulutku, tak ada yang bisa menjaminnyabenar-benar akan masuk ke dalam kerongkonganku. Meskipun sudah masuk kerongkonganku, tak ada yang bisa menjamin makanan itu tidak aku muntahkan. Meskipun sudah masuk kedalam perut, bisa jadi makanan itu tidak bergizi dan tak memberi manfaat untukku. Tak perlu kita memaksa - maksa apa yang belum diperuntukkan bagi kita. Biarlah semuanya sudah diatur oleh Dia Yang Maha Menetapkan. Aku tidak menunda-nunda, aku hanya mencoba mengikuti mauNya, karena kadang kita sering menginginkan apa yang sebenarnya tidak kita butuhkan..."
Gadis menggamit lengan teman - temannya pergi. Melirik sekali lagi makanan itu dari jauh dan membatin dalam hati.
"maaf, menunggulah .. aku masih sedang berpuasa … "__present perfect continuous tense :D
Si gadis belakangan ini 'dipaksa' makan oleh kawan - kawannya. Apa pasal? ow-ow, rupanya dia tak mau makan. Penyebabnya entah apa, si Gadis tak mau cerita. Yang jelas dia tak lagi menyentuh makanan. Hanya minum air putih, madu, atau habatussauda.
Orang tuanya prihatin. Bagaimana tidak? Badan sudah semakin kurus, jalan jadi sempoyongan begitu, masih juga Gadis tak mau makan. Apa susahnya makan? Tinggal memasukkan makanan kedalam mulut!
Yaa, tapi itulah si Gadis. Keras hati dia memang. Kokoh prinsipnya bagai baja. Meski disuguh - suguhi makanan di depan hidung, dia tak bergeming.
Teman - temannya jadi su'ujhon (logat Sunda)
"kamu ini kenapa? Apa karena kamu pernah tertusuk tulang ikan?"
"atau kemarin ini kamu tersedak sambal?"
"barangkali kamu alergi makanan, tapi 'kan tidak semua makanan mengadung zat yang bikin kamu alergi!"
Si gadis hanya angkat bahu.
Dia sebenarnya tak sampai membenci makanan. Hanya saja, ya, hanya saja sedang tak berselera dengan masakan manapun. Pernah dia ditawari masakan Minang sama temannya, bukannya sok tak mau mencicipi masakan kampung, tapi dia sudah tahu rasanya. Itu sungguh - sungguh pedas, kawan! Dan gadis tak cocok dengan makanan bersantan. Mukanya yang memang kelebihan minyak jadi berjerawat kalau makan itu.
Lalu dia pun ditawari entah masakan Sunda, entah Jawa. Yang rasanya manis, bahkan sambalnya pun manis! Itu tak cocok di lidah si Gadis ini.. Itu terlalu manis, kawan.. Yang terlalu - terlalu itu biasanya lama - lama membosankan.
Ada juga masakan Luar negri. Beef - beef apaaa gitu. Hanya orang - orang tertentu saja yang bisa memakannya. Atau hanya orang - orang tertentu saja yang "pura - pura suka" memakannya. Tetap saja Gadis bertampang 'meh' ketika ditanyai pendapat.
Ndilalah ketika suatu kali Gadis menatap lamaaa makanan di etalase itu, teman - temannya berbahagia!
Makanan itu memang agak beda dari yang lain. Dibilang terlalu mencolok warnanya, tidak juga. Cuma, ya.. Ng.. Kesannya elegan. Susah digambarkan lah ini. Yang jelas, baru kali itu si Gadis "melirik" makanan dengan tatapan seolah - olah jatuh cinta pada pandangan pertama [emangnya gimana sih jatuh cinta pada bla .. bla.. bla.. itu ??]
Yang bikin teman - temannya senyum - senyum berkepanjangan dan merasa 'mendapat angin' adalah,,, pertanyaan pertama yang keluar dari mulut si Gadis setelah melirik makanan itu!
"ng … eh, itu makanan apa ya namanya?"
Teman - temannya langsung 'berpromosi ria'.
A: "Pokoknya itu makanan memang unik Dis! Cocok Dis sama kamu, cocok!"
B: "eh, tapi mahal tidak ya?"
C menyikut B: "Aah .. Berapapun duit, kita urunan deh Diis.. Urunaan..yang penting kamu mau makan Dis, ya? Sejujurnya akuh pun naksir makanan itu, tapi yah, asal kamu mau makan, qu relain deh Dis!"
Gadis terdiam. Dalam hati dia sungguh kasian melihat teman - temannya yang terlalu bersemangat.
Tapi ya, dilain sisi, hatinya tergiur juga melihat makanan itu. Dibilang mewah, tidak juga, tampilannya bersahaja malah. Dibilang banyak corak, hmm, warnanya justru misterius. Perpaduan warna - warna lembut dan cerah. Gawatnya, aromanya itu lho .. tercium dari jarak sekian! Sungguh mempesona.
Melihat Gadis yang diam saja, teman - temanya kembali mengompori.
"hayo Dis, tunggu apalagi? Sudahlah Dis, jangan keras hati begini, tampangmu sudah kayak orang penyakitan!"
"iya nih Neng Gadis, tak baik itu juga makanan dianggurin berlama - lama. Mending langsung kita tanya penjualnya saja yuk berapa harganya .."
Bersemangat mereka menuju etalase toko.
"Eh.. Ja… jangan!" Gadis menarik baju teman - temannya.
"Tunggu dulu, teman - teman. Kalau penjualnya tak mau menjual gimana?"
"Ah, kamu ini Dis! Terlalu banyak mikir!" teman A mulai kesal.
Bukan begitu, kawan - kawan …. Begini. Meski makanan itu telah sampai di depan mulutku, tak ada yang bisa menjaminnyabenar-benar akan masuk ke dalam kerongkonganku. Meskipun sudah masuk kerongkonganku, tak ada yang bisa menjamin makanan itu tidak aku muntahkan. Meskipun sudah masuk kedalam perut, bisa jadi makanan itu tidak bergizi dan tak memberi manfaat untukku. Tak perlu kita memaksa - maksa apa yang belum diperuntukkan bagi kita. Biarlah semuanya sudah diatur oleh Dia Yang Maha Menetapkan. Aku tidak menunda-nunda, aku hanya mencoba mengikuti mauNya, karena kadang kita sering menginginkan apa yang sebenarnya tidak kita butuhkan..."
Gadis menggamit lengan teman - temannya pergi. Melirik sekali lagi makanan itu dari jauh dan membatin dalam hati.
"maaf, menunggulah .. aku masih sedang berpuasa … "__present perfect continuous tense :D
0 komentar: