Berfikir Seperti Nabi (Al Qur'an Mukjizat apa bukan?)

December 8, 2013 at 11:56am
Buku yang mengangkat tema tentang filsafat ini diterbitkan oleh Pustaka Sastra LkiS Yogyakarta (2009), ditulis oleh seorang penulis muda bernama Fauz Noor seorang yang lahir di lingkungan pesantren yang kebetulan ayahnya seorang kyai sekaligus pengurus pesantren tersebut, dan ia sekarang menjadi pengurus pada pesantren ayahnya itu.
Buku tersebut merupakan buku yang cukup bagus, isinya sangat menarik dan sungguh mesti dibaca oleh setiap orang yang mengaku dirinya muslim. Karena dalam buku tersebut penulisnya mengajak setiap individu muslim untuk befikir lebih dalam, berfikir kritis, juga mengajak setiap individu muslim untuk berfikir seperti Nabi, Nabi Muhammad SAW.


Namun sangat disayangkan sekali dalam buku tersebut dalam pembahasan pada bagian yang ke lima halaman 277 yang berjudul: Dari Mukjizat Kembali ke Ayat, tentang kemukjizatan Al-Qur’an saudara Fauz Noor mengatakan: “karena terlanjur membeo terhadap para ulama akan kemukjizatat Al-Qur’an kita segera mencari-cari hal yang ada dalam Al-Qur’an, lalu berkata ini benar-benar keajaiban yang melemahkan akal kita, bila dikatakan Al-Qur’an merupakan sebuah mukjizat karena adanya isyarat ilmiah di dalamnya kita harus sadar bahwa Tao Te Ching (kitab suci Taoisme) juga merupakan mukjizat Laotzu, sebab dalam buku tersebut begitu banyak mengandung isyarat ilmiah. Atau kalau Al-Qur’an adalah mukjizat karena mengandung pemberitaan ghaib, yang saya pikir hanya sebuah ‘ramalan’ seperti sering diujarkan ulama tentang keruntuhan bangsa romawi, maka kita pun harus mengakui bahwa perjanjian lama dan perjanjian baru adalah mukjizat Isa A.s karena di dalamnya kita baca begitu banyak ramalan yang sebagian sudah terbukti dalam sejarah. Atau apa bedanya Al-Qur’an dengan kitab primbon yang oleh komunitas kejawen dijadikan pegangan”. (2009: 277).


Menurut Fauz Noor ia mengatakan Al-Qur’an itu bukanlah mukjizat, menurutnya Kalau Al-Qur’an disebut mukjizat karena adanya isyarat-isyarat keilmuan, maka kitab Tao Te Ching (kitab suci Taoisme) juga merupakan mukjizat, dan jika Al-Qur’an sebagai mukjizat karena adanya pemberitaan ghaib maka kita pun harus mengakui bahwa perjanjian lama dan perjanjian baru bahkan kitab primbon adalah mukjizat, karena di dalamnya terdapat pemberitaan ghaib yang tidak lebih dari sekedar ramalan.
   Perlu diketahui Al-Qur’an bukanlah kitab yang mengkhususkan di dalamnya tentang isyarat keilmuan, juga bukan kitab dalam masalah pemberitaan ghaib, akan tetapi Al-Qur’an adalah kitab petunjuk sekaligus sumber ajaran dan sebagai bukti kebenaran kerasulan Nabi muhammad SAW, sebagaimana pendapat Quraish Shihab. Dkk dalam buku Sejarah dan Ulum Al-Qur’an (2001) Al-Qur'an diturunkan ke muka bumi ini setidaknya memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai sumber ajaran dan sebagai bukti kebenaran kerasulan Nabi Muhammad. Jadi (maaf) cukup keliru bila saudara Fauz Noor membandingkan Al-Qur’an dengan kitab Tao Te ching, perjanjian lama, perjanjian baru bahkan dengan kitab primbon.

Al-Qur'an adalah ayat-ayat yang diturunkan dari arsy yang suci. Kalam Allah SWT  yang mengandung kebenaran yang abadi dan terpancar cahaya petunjuk di dalamnya. Dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas, diturunkan kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun dan merupakan mukjizat Nabi Muhammad.

Menurut A. Zakaria (2008) Mukjizat ialah suatu perkara yang terjadi di luar kebiasaan, yang muncul pada diri orang yang mengaku menjadi Nabi, untuk membenarkan bukti kenabiannya dengan cara membuat lemah para penentangnya untuk mendatangkan atau menandingi hal yang seperti itu. Imam Jalaluddin As-Suyuti dalam bukunya Samudera Ulumul Qur’an (2008) mengemukakan Mukjizat dilihat dari sudut kebahasaan, merupakan salah satu bentuk ubahan dari lafal i’jaz, yang bermakna melemahkan, sedangkan menurut istilah berarti suatu kejadian luar biasa yang di sertai sikap penantangannya

Dari kedua definise tersebut keduanya saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Dapat disimpulkan makna mukjizat secara menyeluruh yaitu suatu hal atau kejadian di luar hukum alam dan tidak ada seorang pun yang sanggup menandinginya yang dibawa oleh seseoarang yang mengaku sebagai Nabi dan Rasul sebagai bukti kenabian dan kerasulannya tersebut.

Ketika mukjizat diberikan Allah Kepada utusannya tersebut (nabi dan Rasul), ada yang diberikan kepadanya dengan mukjizat tersebut agar mukjizat tersebut menantang kaumnya pada waktu itu dan menegaskan bahwa mereka membawa petunjuk dan risalah dari Allah SWT, seperti mukjizat Nabi Muhammad SAW yakni Al-Qur'an. Ada juga mukjizat tentang alam semesta, mukjizat ini bukan untuk menantang manusia pada waktu itu, akan tetapi Allah ingin menegaskan bawa Ia lah sang pencipta dan kekuasaanya tidak terbatas terhadap jagat raya ini, seperti mukjizat Nabi Musa ketika membelah lautan menjadi jalan yang ia dan kaumnya lewati.
Mukjizat (ijaz) Al-Qur’an berarti pengokohan Al-Qur’an sebagai suatu yang mampu melemahkan berbagai tantangan untuk menciptakan karya sejenis. (Muhammad Abdul Al-Azim Al-Zarqani, t.th). Hakikat mukjizat Al-Qur'an berarti penegasan bahwa sesungguhnya Al-Qur'an benar-benar sebuah mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW, yang terus menantang baik terhadap umat pada masa lalu, saat ini, maupun esok sampai hancurnya alam dunia ini dengan adanya kiamat.

 Al-Qur'an dikatakan sebuah mukjizat selain karena tantangannya yang selamat dari para penantangnya Al-Qur'an memiliki segi-segi kemukjizatannya, menurut Quraish Shihab (1997) dalam bukunya Mukjizat Al-Qur’an kemukjizatan Al-Qur'an terletak pada tiga hal, yaitu keindahan dan ketelitian bahasanya sehingga mempengaruhi para pembaca dan penyimaknya, berita-berita ghaib, dan ilustrasi ajarannya yang memberi isyarat dalam keilmuan.

Cukup banyak ayat yang menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah sebagai mukjizat, salah satunya ayat yang berbunyi: “Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”.  Dan masih ada ayat yang lain yang menjelaskan diantarnya QS. Al-Isra: 88, QS. Hud: 13 QS. Yunus: 38, QS. At-Thur: 34, QS Al-Isro: 88, QS  Al-Baqarah: 24
          Dengan demikian Al-Qur’an merupakan mukjizat yang Allah berikan pada waktu itu kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penguat dan bukti bahwa dirinya sebagai Nabi dan Rasul. Adapun tujuan dan manfaat mukjizat diberikan Allah SWT kepada para utusannya Menurut Moenawar Chalil (2001) adalah untuk menguatkan seruan dan dakwaan mereka, kepada kaumnya masing-masing, ketika para Nabi dan Rasul tersebut mengaku sebagai utusan Allah. Terutama bagi orang yang belum dan tidak percaya terhadap kenabian dan kerasulannya tersebut, juga untuk menebalkan kepercayaan dan meneguhkan keyakinan orang-orang yang telah percaya. Wallahu a’lam.

http://taufiknandangf.blogspot.com/2011/09/kritik-untuk-buku-berjudul-berfikir.html






0 komentar: