10:20 PM
Hai self! Belakangan hidupku menjadi
tidak mudah. Aku mencari-cari penyebabnya, sampai menulis catatan ini barulah
aku tahu memang ada yang bermasalah. Padahal Amal yaumi ku baik-baik saja. Aku tetap
konsisten melaksanakan dhuha 4 raka'at per hari, tetap tilawah 1 juz per hari,
tetap berinfak selagi sempat. Tetapi, ada yang kurang. Ada yang mengganjal. Something weird, unspoken. Aku
galau. Resah dan gelisah. Baper memang.Terlalu banyak hal-hal yang
kukhawatirkan. Dan itu menggerogoti jiwaku. Memenuhi pikiranku sampai aku tak
bisa berkonsentrasi pada pekerjaanku. Yea, I knew that I think too much...
Hal yang paling parah dari semuanya:
aku tak lagi bisa bermesraan denganNya. He seems too far to be reached. Semua kewajiban sebagai hambaNya memang
kulakukan, tetapi hanyalah sebagai rutinitas. Rasanya pun biasa-biasa saja. Tak
ada rasa dahsyat sehabis shalat. Tak ada rasa lega sehabis berpuasa. Tak ada
senyum sumringah setelah bersedekah. Tak ada rasa tenang setelah melantunkan
bait-bait suci al Qur'an.
Lalu, aku membaca kata-kata itu
dalam sebuah buku. Judulnya membuatku tertarik untuk duduk sejenak.
"Hidupkan Hatimu". Sederhana, namun aku memandang buku itu
lamat-lamat dan beberapa jeda. Seolah harta karun yang kutemukan setelah
mencari berhari-hari, padahal buku itu telah lama tertonggok disana. Ditulis
oleh Dr. 'Aidh al-Qarni,
"Penyimpangan dan
ketergelinciran seseorang kepada jalan yang dibenci Allah memang banyak
penyebabnya. Jiwa yang kotor, kesukaan mengikuti hawa nafsu, panjang
angan-angan, dan banyak menganggur tanpa kegiatan positif dan bermanfaat,
merupakan pemicu timbulnya penyimpangan tersebut. Keadaan lalai dan
ketidaksadaran kita akan terjadinya penyimpangan ini, tentu membuat iman kita
menjadi merosot dan melemah, sehingga dosa bukan menjadi pertimbangan utama
kita berbuat sekehendak kita. Manisnya iman tidak akan kita rasakan lagi karena
pengaruh perbuatan menyimpang kita dari jalanNya cukup mendominasi sebagian
sisi kehidupan kita. Nuansa kehidupan menjadi tidak indah, karena setiap saat
dipenuhi dengan kesedihan yang membuat dada terasa sempit. Berbagai problem
kehidupan pun datang menghadang seiring terhalangnya mendapatkan rezeki yang
halal, bahkan sebagian hati manusia cenderung menjauh akibat sepak terjang kita
yang terkadang membuat hati dan perasaan mereka tidak berkenan. Semua ini tentu
membuat hati kita menjadi keras, sulit untuk menerima kebenaran, dan menjadikan
hubungan kita dengan Allah renggang. Bila sudah demikian, tentu sepanjang usia
yang kita jalani menjadi sia-sia, bahkan hidup menjadi tiada arti, belum lagi
pertanggungjawaban yang harus kita hadapkan kepada Allah atas semua perbuatan
kita kelak pada hari dimana semua perbuatan harus dipertanggungjawabkan. "
Ah, Rabbi...
Aku terlalu asyik bermesraan dengan
selainMu, sehingga aku kehilangan kemesraan bersamaMu. "Tamparan"Mu
keras sekali, Kau hilangkan wibawaku dalam sekejap, dalam pandangan diriku
sendiri. Sakit sekali melihat tampilan kemunafikan diri sendiri. Sakit sekali
ketika mengajak orang untuk berbuat baik, namun tak yakin padamu karena aibmu
tlah ditampakkan padanya. Sakit sekali ketika
dakwah jadi tak ampuh karena dosa yang telah menjadi bumerang. Memercik air di
dulang, mengenai muka sendiri. Tungau di seberang lautan tampak, tapi gajah di
pelupuk mata tak tampak. Tapi tak apa, biarlah sakit di dunia daripada kelak
disiksa di neraka.
Jangan hukum aku sehingga larut dalam
maksiat, Rabbi... Apapun akan kulakukan agar Engkau kembali ridho padaku. Maka bantulah hatiku, agar kuat meninggalkan
apa-apa yang memang sejak dulu Engkau larang. Jangan biarkan hati ini selalu
melakukan pembenaran atas tindaka-tindakan yang melewati batas...
Yaa muqallib al quluub...
Aku merindukan sosok itu, sosok
polos dan lugu yang tak mempan diuji dengan virus merah jambu.
Sosok yang hatinya hanya terisi
dakwah, bukan ungkapan-ungkapan cinta bermuatan sampah.
Sosok yang Kau mudahkan hatinya
terpaut pada majelis dzikir dan pengajian, bukan yang dilalaikan oleh rasa
segan.
Sosok yang Engkau segerakan untuk
melakukan kebaikan, bukan yang selalu menunda-nunda dan panjang angan-angan.
Sosok yang Engkau pilih mengemban
amanah, bukan yang beralasan dengan segala cara untuk menghindar dan menjauh
padahal sejatinya butuh.
Ah, Kekasihku... Betapa malu aku
menyebutMu kekasihku.
Tetapi aku akan tetap mengatakan ini sekalipun tidak
Engkau akui.
Sekali lagi aku menangis dan mengemis, "Janganlah Engkau biarkan hatiku tertawan pada orang yang hatinya tidak terpaut padaMu ..."
Ampuni hamba, ya Rabb ... Bukankah
rahmatMu teramat luas dan kasih sayangMu meliputi segala sesuatu?
Bolehkah aku kembali menujuMu, ya
Allah? Dalam kondisi seperti sekarang ini?
Sekalipun banyak yang telah hilang,
aku tetap tidak ingin menjadi orang yang terbuang ...
Yaa muqallib al qulub... Tsabbit
qalbii 'ala ad diinika. Wahai yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku
pada agamaMu...
0 komentar: