::Kejelasan dari Ketidakjelasan::

May 28, 2013 at 1:21pm
 
Cemburu adalah ketika engkau melihat seorang abid yang tertunduk bersungkur bersujud di hadapan Tuhannnya, sedangkan engkau belum belum bisa melakukan hal seperti itu. Cemburu adalah ketika engkau belum bisa mencapai keluhuran dan kemuliaan sebagaimana hamba - hamba Tuhan telah mencapainya. Cemburu adalah ketika dia yang engkau cintai mengalahkanmu dalam kedekatan dan penghambaan diri kepada Tuhan (Ibn Qayyim al-Jausiyyah)

***
Bilamana Gadis merasa bosan, atau buntu tidak tau akan mengapa, ia beranjak menuju atap asrama yang terdiri dari banyak lantai itu. Disana Gadis serasa bisa menggenggam gunung, menari - nari sesuka hati atau sekedar bermenung, atau hanya memperhatikan burung - burung yang lalu lalang di awang - awang. Alam ini …
Sempurna dalam keindahannya dan indah dalam kesempurnaannya. Eh, tunggu dulu. Bukankah di dunia ini tak ada yang sempurna?

Belakangan dia ada kebiasaan baru. Bercakap - cakap dengan awan. Hah?! Ada - ada saja. Mungkin anda pikir gadis ini sudah gila. Saya pun menduga begitu. Tapi saya pernah bertanya akan sesuatu yang sulit dan rupa - rupanya pertanyaan saya itu dicaplok pak Immanuel Kant, "whether such things as metaphysics is even possible at all??" [saya baru tau belakangan pas ngintip si Gadis lagi baca Prolegomena sih,, orangnya sudah meninggal juga buat apa saya tuntut. #ckckck].

Kali ini si Gadis berurai air mata. Apa pasal? Oh! Rupanya Awan sedang ngambek padanya. Biasanya kalau si Gadis ingin tahu apa judul tesis yang mesti dia garap, Awan akan memberinya clue dengan membentuk serangkaian huruf sehingga CLING! Si Gadis segera mendapat ide. Atau pas keuangan Gadis sedang seret, Awan akan berbentuk paha ayam, dan dia pun kenyang sendiri hanya dengan memandang. Adakala hati Gadis sedih sekali karena apa yang dia usahakan entah mengapa tidak membuahkan hasil, lalu Awan akan membasuhnya dengan rintik hujan. Pernah juga Gadis ingin melihat Lenticona, seumur - umur dia penasaran ingin melihat langsung Awan berbetuk UFO itu, dan Awan memang selalu tau apa yang gadis mau, disuguhinya pemandangan Lenticona luar biasa diujung Gunung. Intinya, Awan selalu ada untuk Gadis kala suka maupun duka #ckckck.

Namun kali ini Awan tak bergeming. Gadis ingin ini ingin itu, Awan diam saja. Menoleh saja tidak. Malah keliatan sekali sekarang awan membuang muka meski diatap ini mereka berpapasan. Aneh. Gadis didiamkan tanpa sebab dan penjelasan? Sungguh keterlaluan! [eh, kok malah marah pada awan? --> oya, bagi Heidegger ini disebut pertanyaan ontis lho, alias pertanyaan sambil lalu. #ckckck]

Maka Gadis mulai melakukan kesibukan lain, kalau bisa segera mendapat teman baru juga. Bete dia diperlakukan awan demikian. Dia lihat sekeliling. Wah, rupanya pemandangan disini bagus juga, kenapa aku baru sadar sekarang ya … Gadis berdecak. Di sisi kanan, perumahan elit dengan warna abu - abu. Elegan. Rata - rata tiap rumah ada garasinya. Kadang isinya melebihi kapasitas malah. Halamannya? Ada yang hijau, ada juga yang gersang. Jarang disiram kali ya? Ibarat wajah, hilang kejernihannya kalau tak lagi disiram air wudhu'. Bisa jadi sering disiram, tapi "sekedar" disiram sehingga alih - alih menyejukkan, malah bikin ilfil yang memandang. Hush, curigaan aja nih! #ckckck

Kontras sekali disisi kiri, pepohonan berderet rapi. Pohon jambu, pohon kelapa _yang sudah dicangkok sehingga tak tinggi lagi_, pohon pisang, dan banyak lagi pohon - pohon yang saya tak tahu namanya. Pohon jambu ditengah - tengah, pohon kelapa berjejer di pinggir. Trus, pohon - pohon yang-saya-tak-tahu-namanya itu ditanam selang - seling, seperti model zig-zag. Bagus sekali penataannya. Manusia memang pintar dalam menata tanaman. Salute, salute! Tapi kenapa manusia sering susah menata diri ya?

Cit - cit - cit!
[Haduh, burung pipit ini mengganggu suasana saja!]
Si gadis mendongak, lalu tersenyum. Kemudian menyeringai.
"Aha, kenapa aku tak berteman dengan burung saja? Burung lebih keren dari awan yang hanya diam. Setidaknya burung bisa ngomong meskipun omongannya tak kumengerti. Selamat tinggal, awan." Hah! Begitu mudahnya si Gadis beralih hati, begitu mudahnya manusia mencari pengganti? saya geleng2 sendiri.

Tapi … yaa itu 'kan mau si Gadis. Saya tak bisa mencegah, apalagi menasehati. Ketika besoknya si Gadis kembali dikecewakan Burung dan mencoba - coba lagi mencari teman yang baru, saya pun ingin bersuara,

"Ketika kau mulai merasakan ketidakjelasan tindakanmu, perhatikan hubunganmu dengan Tuhanmu, bagaimana sesungguhnya engkau memposisikan Dia?"
"Bukankah Allah yang Maha Pengasih itu telah menjelaskan padamu: HambaKu senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan sunnat-sunnat sampai Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, penglihatan yang dengannya ia melihat, tangan yang dengannya ia menampar dan kaki yang dengannya ia berjalan. Jika ia memohon kepadaKu, niscaya Aku benar­ - benar memberinya. Jika ia memohon kepadaKu, niscaya Aku benar-benar melindunginya. Dan Aku tidak bimbang terhadap sesuatu yang Aku lakukan seperti kebimbanganKu terhadap jiwa hambaKu yang beriman …" Sesederhana ini, Gadis … dan kau tidak mengerti juga … "

Ckckck.

"Coki!!"
"Astaghfirullah, kau mengejutkanku Ciko!!"
"Rupanya kamu disini … Daritadi aku cari - cari! Eh, ada manusia! Ki, kalau dipikir - pikir, asyik juga ya jadi manusia … mereka bisa menguasai segalanya, menjadi raja di bumi ini. Kita mah begini - begini saja, menangkap nyamuk, bertelur, me …  "
"Bodoh .. Sungguh bodoh … "
"Eh? Kau bilang aku bodoh?!"
"Cicak ingin jadi manusia!!! manusia ingin seperti burung!!! burung ingin tak punya say... "
"Psssttt!! Tak perlu teriak - teriak begitu kalau menasehatiku! Aku ini 'kan punya hati nurani juga. Eh, ada nyamuk tuh. "
HAP!

Ckckckckckck.

0 komentar: